Selasa, 28 Juni 2016

perkembangan perekonomian indonesia

Perkembangan Perekonomian Indonesia
Istilah perkembangan ekonomi sering dicampur baurkan dengan pertumbuhan ekonomi, dan pemakaiannnya selalu berganti-ganti, sehingga kelihatan pengertian antara keduanya dianggap sama. Akan tetapi beberapa ahli ekonomi, seperti Schumpeter (1911) dan Ursula Hicks (1957) telah menarik perbedaan yang lazim antara istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi (hingan, 1993). Menurut kedua pakar tersebut perkembangan ekonomi mengacu kepada masalah-masalah Negara terbelakang, sedangkan pertumbuhan ekonomi mengacu kepada masalah-masalah Negara maju. Demikian juga menurut Maddison (1970), ia mengatakan bahwa di Negara-negara maju kenaikan dalam tingkat pendapatan biasanya disebut pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, di Negara miskin ia disebut perkembangan ekonomi. Namun ada juga pakar ekonomi lainnya yang beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan ekonomi merupakan
Indonesia sebagai negara berkembang yang adalah salah satu negara yang tergabung dalam kelompok negara-negara Asia Tenggara (Association South East of Asian Nation) adalah negara yang dalam tingkat perkembangan ekonominya belum begitu mapan. Bahkan ada para ahli ekonomi mengatakan, negara Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN dalam tingkat persaingan ekonomi masih ketinggalan banyak jika dibandingkan dengan negara anggota ASEAN yang lain. Sebelum tahun 1997, sebenarnya banyak pihak memuji prestasi pembangunan ekonomi Indonesia sebagai salah satu High Performing Asian Economy Countries yang mempunyai kinerja perekonomian yang sangat mengagumkan, bahkan ada yang menganggapnya sebagai miracle (keajaiban), tetapi sebab hantaman krisis ekonomi yang berawal dari depresi rupiah pada bulan Juli 1997, semua keajaiban itu menjadi sirna dan mengalami kesulitan dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan, sampai sekarang belum pulih kembali. Krisis ekonomi yang terjadi saat itu telah berkembang menjadi krisis yang rumit dan kompleks yang terkadang menimbulkan pesimisme mengenai jayanya ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Saat ini Indonesia berada dalam transisi, yang belum terbayangkan berapa lama masa transisi itu akan berlangsung. Meskipun semula krisis ini hanya adalah contagion effect dari depresiasi mata uang bath Thailand pada dollar AS pada tahun 1997, tetapi sebab fundamental perekonomian Indonesia yang rapuh, maka akibat krisis ini terkena sangat dahsyat, sementara proses economic recovery-nya berjalan amat lamban. Prestasi perekonomian Indonesia yang semula cukup baik, berubah menjadi negatif, banyak pengamat ekonomi Indonesia mengatakan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia adalah semu dengan fundamental yang tidak kuat. Di samping itu, para pengamat juga mengatakan bahwa perekonomian Indonesia tidak didukung oleh sumber daya domestik yang tangguh, tetapi sebab didukung oleh investasi asing, bahkan berjangka pendek yang sewaktu-waktu mereka dapat keluar dari Indonesia. Pembangunan nasional juga dibangun dengan utang luar negeri yang bersifat pasif, sehingga justru memberatkan kondisi perekonomian Indonesia untuk bangkit kembali. Kondisi perekonomian Indonesia sebagaimana itu di atas, telah menimbulkan berbagai problem sosial yang kompleks, misalnya timbulnya tingkat pengangguran tinggi, bertambahnya angka kemiskinan, produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang rendah, serta merosotnya usaha kecil dan menengah yang menjadi tumpuan rakyat.
Di samping itu, perkembangan ekonomi dunia saat ini menjurus kepada aktivitas ekonomi global yang bergerak dari satu negara ke negara lain secara bebas, sehingga terjadi ketidakpastian akses pasar ekonomi dunia. Kondisi perekonomian dunia seperti ini, membawa kecenderungan pada peningkatan perjanjian bilateral dan multilateral antarnegara selaku pelaku ekonomi di dunia internasional yang pada akhirnya berakibat pada timbulnya hukum baru pada masing-masing negara. 

DAFTAR PUSTAKA
Schumpeter, Joseph A. "1934." The theory of economic development (1911).
Fürstenberg, Friedrich, and Ursula K. Hicks. "British Public Finances. Their Structure and Development 1880-1952." (1957): 372-374.


Selasa, 21 Juni 2016

Indikator Perekonomian Indonesia


Indikator Ekonomi Indonesia
Indikator ekonomi adalah data yang digunakan untuk mengukur atau menentukan perkembangan ekonomi suatu negara yang dikeluarkan oleh pemerintah negara tersebut. Indikator ekonomi juga digunakan sebgai pertanda tentang perkembangan pembangunan dimasa lalu maupun untuk dimasa yang akan datang. Selain dengan adanya indikator ekonomi bisa memberikan gambaran yang bisa dijadikan penentuan aspek perataan pembangunan.
Menurut Suseno (1990),  dasar – dasar perhitungan indikator ekonomi yang sangat penting di Indonesia adalah sebagai berikut :
a.    PDB
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product merupakan indikator ekonomi yang paling umum untuk menilai kondisi perekonomian sebuah negara. Sebagai ukuran keseluruhan dari total produksi ekonomi suatu negara, PDB menggambarkan nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi pada periode waktu terukur. PDB adalah indikator ekonomi yang menggambarkan tentang kesehatan ekonomi yang selalu menggerakkan pasar. Para ekonom, analis, dan investor paling sering mengikuti dan membahas PDB. Biro Analisis Ekonomi membuat analisis dokumen sendiri pada setiap rilis PDB, yang merupakan analisis besar bagi investor untuk analisa market berupa angka dan tren, dan membaca highlights (rangkuman) dari rilis yang sangat panjang.
b.    Laporan penjualan retail
Laporan penjualan retail dapat menyebabkan kenaikan volatilitas di pasar saham. Sebagai alat prediksi tekanan inflasi, ini dapat membantu investor untuk memikirkan kembali tentang kemungkinan penurunan atau kenaikan suku bunga Fed, tergantung pada arah tren yang mendasarinya. Salah satu faktor yang paling penting adalah investor harus mengetahui seberapa jauh angka yang dilaporkan dari nomor konsensus yang disebutkan. Secara umum, pasar saham tidak menyukai adanya lonjakan. Bahkan ketika ekonomi sedang berjalan dengan baik, karena bisa memicu penjualan saham dan obligasi, karena kekhawatiran inflasi akan dianggap lebih tinggi dari yang diharapkan. Laporan penjualan retail menyediakan informasi industri secara rinci dan benar-benar dapat menggerakkan pasar.
c.    Laporan produksi industri
Laporan Produksi Industri merupakan indikator ekonomi yang menunjukan fluktuasi dalam produksi di industri seperti pabrik dan utilitas. Laporan ini melihat produksi secara rinci dalam kaitannya dengan apa potensi kapasitas produksi selama periode waktu. Ketika suatu negara memproduksi pada kapasitas maksimum secara positif mempengaruhi nilai mata uang dan dianggap sebagai kondisi yang ideal.
d.    Consumer Price Index (CPI)
Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah indikator ekonomi yang menjadi patokan inflasi bagi ekonomi AS. Laporan ini akan sering bergerak, baik di ekuitas dan pendapatan tetap pasar, dan baik dihari rilisnya. Bahkan mungkin menetapkan arah baru dalam pasar untuk bulan-bulan mendatang. Analis akan lebih yakin tentang apa yang Fed akan lakukan pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal berikutnya setelah mencerna Indeks Harga Konsumen. CPI memberikan gambaran yang paling menjadi pengaruh terhadap pergerakan Fed Rate yang akan datang. Ini dapat memberitahu apakah suatu negara membuat atau kehilangan uang pada produk dan layanan mereka, ekspor negara sangat penting untuk dicermati. Karena jumlah ekspor dapat mendeskripsikan menguatnya atau melemahnya nilai mata uang.

DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Hg Suseno Triyanto. Indikator ekonomi: dasar perhitungan perekonomian Indonesia. Penerbit Kanisius, 1990.




Sistem Perekonomian Indonesia


Sistem perekonomian merupakan sistem yang dipakai suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik untuk perorangan maupun instansi di negara tersebut. Sedangkan sistem sistem ekonomi merupakan suatu aturan dan tata cara untuk mengatur perilaku masyarakan dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk meraih satu tujuan. Sistem perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dasar negara / ideologi dan struktur ekonomi negara itu sendiri. Suatu sistem ekonomi tidak mungkin berdiri sendiri karena berkaitan dengan pandangan hidup masyarakat negara tersebut. Sistem ekonomi merupakan suatu unsur dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Gilarso (1992:486) sistem ekonomi adalah keseluruhan tata cara untuk mengkoordinasikan perilaku masyarakat (para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan sebagainya) dalam menjalankan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan sebagainya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan dapat dihindari.
Samuelson dkk (2001: 9) menyebutkan tiga sistem ekonomi yang berpengaruh terhadap pemecahan masalah ekonomi. Ketiga sistem ekonomi tersebut adalah sistem ekonomi pasar (liberalis), sistem ekonomi terpimpin (sosialis), dan sistem ekonomi campuran. Sistem ekonomi Indonesia saat ini adalah sistem demokrasi ekonomi yaitu sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh dan untuk rakyat dibawah pimpinan dan pengawasan pemerintah. Sistem ekonomi ini memiliki landasan idiil Pancasila serta landasan konstitusional UUD 1945. Ciri ciri sistem perekonomian demokrasi ekonomi  adalah :
1.    Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
2.    Cabang cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3.    Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
4.    Hak milik peorangan diakui pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
5.    Fakir miskin dan anak anak terlantar berhak memperoleh jaminan sosial.
Dalam sistem perekonomian Indonesia yang harus dihindarkan di antaranya sebagai berikut :
1.    Sistem free fight liberalism, yakni sistem yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain.
2.    Sistem etatisme yang memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk mendominasi perekonomian sehingga akan mematikan potensi dan daya kreasi masyarakat.
3.    Sistem monopoli yang memusatkan kekuasaan ekonomi pasar satu kelompok yang akan merugikan masyarakat.


Daftar pustaka
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Kanisius. Yogyakarta.

Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2001. Makro-Ekonomi. Erlangga. Jakarta.